Kamis, 18 Juni 2015

Hongaria

I Made Indra Sanjaya
23211421/4EB25

HONGARIA
1.      Sejarah
Para Republik Hongaria (dalam bahasa Hungaria, Magyar K ZT rsas g) adalah Eropa tengah negara yang merupakan bagian dari Uni Eropa yang mata uangnya adalah Forint (UE). Ini perbatasan Austria, Slowakia, Ukraina, Rumania, Serbia, Kroasia dan Slovenia. Hal ini secara lokal disebut Tanah Magyar atau Magyarorsz g. Seiring dengan Polandia, Slovakia dan Republik Ceko, seorang anggota dari kelompok negara-negara Visegrad.
Bangsa Magyar (Hongaria disebut di kebanyakan negara Barat) adalah orang-orang diatur dalam sebuah kerajaan, fitur pengembara dari dataran Asia Barat, sampai emigrasi ke Eropa Tengah pada akhir abad kesembilan, ketika mereka menetap di Hongaria sekarang. Ini perjalanan panjang dan hubungan dengan Hun tentang yang dijelaskan dalam berbagai cara dan dalam berbagai legenda, seperti saudara 'Hunor dan Magor. Hongaria dimulai dari era sebelum Magyar sampai era Hongaria Modern. Dimulai dengan kedatangan bangsa Magyar yang merupakan bangsa nomaden. Setelah itu, Hongaria memasuki era Hongaria Pertengahan (896 - 1526), lalu memasuki zaman modern awal, revolusi 1848, dibentuknya Austria-HongariaPerang Dunia I dan Perang Dunia II, era komunis, revolusi Hongaria dan Hongaria modern saat ini.
Hongaria mengalami masa-masa sulit pada 1241 M, ketika Mongol menyerbu Eropa Timur dari Asia Tengah. Mongool menyerang dengan senjata baru: bubuk mesiu dari Cina. Kehebatan pasukan Mongol berhasil membuat Polanda, Rusia, dan Hongaria taklluk dan dikuasai oleh Kekaisaran Mongol. Ribuan orang mati dalam peperangan melawan Mongol. Selama lima puluh berikutnya, bangsa Hongaria harus bekerja keras memeprtahankan diri menghadapi serbuan-serbuan Mongol. Untuk memperoleh lebih banyak tenaga, sekaligus uang, para raja Hongaria menyeru orang Yahudi di seluruh Eropa untuk berpindah ke Hongaria.

2.      Inflasi
Inflasi terbesar pertama terjadi di Hongaria pada Agustus 1945 sampai Juli 1946. Tingkat inflasi harian di negara ini mencapai 207 % sehingga membuat harga berubah dua kali lipat setiap 15 jam. Ekonomi Honggaria hancur oleh Perang Dunia II. Karena status sebagai warzone, diperkirakan 40 % dari modal saham Hungaria hancur dalam konflik. Sebelum ini, negara ini telah berutang besar untuk memproduksi ahan bakar  untuk mendukung upaya perang Jerman, tapi Jerman tidak pernah mau utangnya dibayar dengan barang.

Ketika Hongaria menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sekutu pada 1945, ia diperintahkan untuk membayar perbaikan besar Soviet, yang menyumbang 25%-50 % dari anggaran Hungaria selama episode hiperinflasi negara ini. Sementara itu, kebijakan moneter negara pada dasarnya dikooptasi oleh Komisi Pengawasan Sekutu.

3.      Cara Mengatasi Inflasi
Cara mengatasi inflasi, diantaranya:
1.      Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal. Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut:
·         Politik diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Kebijakan diskonto dilakukan dengan menaikkan tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat.
·         Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.
·         Peningkatan cash ratio: Kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.

2.      Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:
·         Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
·         Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak.

3.      Kebijakan Non Moneter
Kebijakan non moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut:
·         Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
·         Menekan tingkat upah. tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
·         Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.
·         Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.
·         Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang).Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain:
·         Penurunan nilai uang
·         Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.
Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
·         Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
·         Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling price.
·         Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.
Sumber:



Jumat, 08 Mei 2015

Coca-Cola

Semua orang pasti sudah pernah mencicipi minuman ringan yang satu ini, coca-cola saat ini telah diminum hampir 900 juta orang tiap harinya. Berikut ini cerita sejarah/biografi singkat berdirinya Coca-cola.
Diciptakan pertama kali di bulan Mei 1886, oleh Dr. John S. Pemberton di Atlanta,
Georgia. Nama "Coca-Cola" sebenarnya merupakan ide dari Frank Robinson,
yang menjadi pemegang pembukuan Dr. Pemberton, yang kemudian
menggambarkannya dalam bentuk teks script yang melayang, yang menjadi sangat
terkenal hingga saat ini. Nama Coca-Cola sendiri sebenarnya berasal dari campuran bahan minuman tersebut yaitu stimulant cocaine, yang dicampur dengan kola nuts (yang
merupakan bahan caffeine). Percaya atau tidak, awalnya Dr. Pemberton mengklaim bahwa
Coca-Cola dapat menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk morphine addiction,
dyspepsia, neurasthenia, sakit kepala, dan impotensi dan dijual seharga 5cent per gelar. Pemberton terinspirasi atas kesuksesan cocawine Perancis Vin Mariani, yang dibuat oleh Angelo Mariani.
Penjualan pertama dilakukan di Atlanta, Georgia di sebuah farmasi bernama Jacob
Pharmacy pada tanggal 7 Mei 188, dan dalam delapan bulan pertama, terjual sebanyak
sembilan minuman setiap harinya. Dr. Pemberton memasang iklan pertama kali pada
tanggal 29 Mei di Jurnal Atlanta untuk produk minuman. Total penjualan yang berhasil
dilakukan oleh Dr. Pemberton pada tahun pertama sebanyak $50, namun pengeluaran
pada tahun tersebut mencapai $70, sehingga mengalami kerugian saat itu. Kini, produk
Coca-Cola dikonsumsi lebih dari 834 juta per hari.
Tahun 1887, Dr. Pemberton menjual sebagian saham perusahaannya kepada Asa Griggs Candler, yang menjadikannya sebagai sebuah perusahaan berbadanhukum Coca Cola Corporation di tahun 1888. Di tahun yang sama, Pemberton menjual sahamnya kedua kalinya kepada tiga orang pebisnis, yaitu J.C. Mayfield, A.O. Murphey, dan E.H. Bloodworth.
Sementara itu, anak Dr. Pemberton, yaitu Charley Pemberton mulai menjual minuman buatannya sendiri. Hingga pada saat itu, ada tiga macam produk Coca- Cola, yang dijual oleh tiga perusahaan yang berbeda, berada di pasaran.
Di tahun 1891, Asa Candler yang merupakan pemilik dari bisnis Coca-Cola yang telah dijalankannya selama lima tahun, berhasil mendapatkan $2.300, kemudian sempat mencoba beberapa jenis produk lainnya, namun kemudian menghentikan serta memfokuskan diri sepenuhnya pada minuman yang berhasil membuatnya menjadi seorang pebisnis yang sukses. Candler mendaftarkan trademark "Coca-Cola" pada kantor paten Amerika dan membayar dividen pertamnya sebanyak $20 di tahun 1893. Candler secara pribadi selalu melibatkan diri dalam proses pencampuran setiap tetes sirup yang dibuatnya. Formula rahasia tersebut dikenal dengan sebutan "7X", dan hanya diketahui oleh beberapa rekanan yang sangat dipercaya. Dalam waktu tiga tahun kemudian, seiring dengan perkembangan dunia periklanan dan promosi saat itu, seperti penggunaan souvenir, kalender yang menampilkan gambar perempuan muda dan tidak terhitung berbagai hal yang baru, Coca-Cola berhasil menembus ke setiap negara bagian Amerika Serikat. Logo Coca-Cola menyebar dan dapat ditemukan di seluruh penjuru dinding di Amerika, yang bila dihitung secara kasar mencapai 2,5 juta kaki persegi. Candler berhasil membuat masyarakat untuk mencoba minumannya dan mereka membelinya. Sejarah membuktikan bahwa apa yang dilakukannya benar yaitu dengan membentuk persepsi bahwa minumannya lebih dari sekadar suatu minuman bersoda.
Pada saat itu juga, sebuah toko permen di Mississippi yang terkesan dengan besarnya permintaan terhadap minuman ini, mencoba membotolkan dan menaruhnya di depan tokonya. Idenya adalah seharusnya masyarakat bisa membawa minuman penyegar kemanapun mereka pergi. Tahun 1899, pembotolan skala besar dilakukan oleh dua orang Chattanooga, entrepreneur dari Tennesse, yang membeli hak untuk membotolkannya (seharga satu dollar) dan menjual Coca-Cola di seluruh Amerika Serikat. Apa yang dilakukan ini menjadi pelopor dari suatu jaringan produksi dan distribusi terbesar di seluruh dunia.
Tulisan Coca-Cola (spencerian script), biasanya disertai dengan kata "drink", mulai memenuhi sisi-sisi berbagai bangunan dan gudang di seluruh Georgia, segera setelah Coca-Cola Company terbentuk. Di tahun 1960an, saat dunia periklanan berubah dan arti lain dari periklanan mulai bermunculan, Coca-Cola pun mulai bergerak ke penggunaan metode-metode promosi yang lebih modern hingga kini.

Coke
Pada bulan April 1985, Coca-Cola Corporation meluncurkan sebuah minuman yang direformulasikan, disebut dengan New Coke dengan suatu usaha pemasaran yang sangat intens untuk mengenalkannya.
New Coke hampir menjadi suatu kesalahan fatal dari suatu program pemasaran. Publik ternyata tidak menyukai formula baru tersebut dan menjadi tendangan yang sangat keras, sehingga perusahaan akhirnya memutuskan untuk kembali meluncurkan Coca-Cola dengan formula orisinalnya pada bulan Juli 1985 dengan bendera "Coca-Cola Classic." Tahun 1986, pasar New Coke hanya 3%; dan di tahun 1998, hampir tidak dapat ditemukan lagi di pasaran. Setelah itu pula, tulisan "classic" yang menyertai Coca-Cola mulai dihilangkan dari kemasan minuman yang kembali dalam rasa yang aslinya.

Negara yang Menjadi Tempat Pendistribusian Coca Cola
Coca-Cola pertama kali hadir di Indonesia sekitar tahun 1927, ketika Netherland Indische Mineral Water Fabrieck (Pabrik Air Mineral Hindia Belanda) membotolkan untuk pertama kalinya di Batavia (Jakarta). Produksi Coca-Cola lumpuh pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945) tetapi tepat sesudah kemerdekaan Republik Indonesia, pabrik tersebut beroperasi dibawah nama The Indonesia Bottles Ltd Nv (IBL) dengan status perusahaan nasional.
Pada tahun 1971, dengan pertambahan mitra usaha dan modal didirikannya pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dengan nama baru PT. The Jaya Beverages Bottling Company. Tercatat sampai saat ini 11 pabrik Coca-Cola yang beroperasi di berbagai provinsi di Indonesia, berturut-turut berdasarkan tahun pendiriannya adalah Jakarta (1971), Medan (1973), Surabaya (1976), Semarang (1976), Ujung pandang (1981), Bandung (1983), Padang (1985), Bali (1985), Manado (1985), Banjarmasin (1981), dan Lampung (1995).
Pada tahun 2000, tiga perusahaan baru Coca-Cola di Indonesia didirikan, yaitu PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI), PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) dan PT. Coca-Cola Distribution Indonesia (CCDI).

Sumber: Ref:http://adverdreams.blogspot.com/2009/07/sejarah-coca-cola.html

   http://wapedia.mobi/id/Coca-cola

Sabtu, 11 April 2015

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS FINANCIAL GELOBAL


A.    PENDAHULUAN
Sejarah kelam system perekonomian kapitalisme pernah mengalami keterpurukan serupa pada tahun 1929 yang menggulung perekonomian gelobal saat itu. Jatuhnya daya beli masyarakat serta tingginya angka inflasi membuat system ini belajar menyembuhkan diri yang pada akhirnya terealisasi pada kurun waktu 1971-an.
Dalam beberapa pandangan para ahli, krisis sekarang di nilai jauh lebih besar dari pada krisis yang terjadi pada tahun 1929 tersebut. Jika benar demikian, maka bisa dibayangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulian perekonomian gelobal. Krisis 1929 yang terkenal dengan istilah Black Thursday merupakan kejadian yang membuat perekonomian AS dan global berada dalam kekacauan. Selain itu, krisis tersebut juga menimbulkan Great Depression pada 1930-an. Dampak kehancuran terhadap sektor riil sangat beragam, di mana kehilangan kepemilihan saham yang meluas. Akibatnya konsumen mengurangi belanjanya seperti mobil dan rumah, sementara sektor bisnis menunda investasi dan menutup pabrik mereka. Pada 1932, perekonomian AS turun hingga separuhnya, dan sepertiga angkatan kerja menjadi pengangguran. Seluruh sistem keuangan AS juga hancur, dengan ditutupnya seluruh sistem perbankan pada 1933 oleh presiden yang baru naik, Franklin Roosevelt. Saat itu Roosevelt mengeluarkan kebijakan New Deal.
Dari uraian di atas, makalah ini bermaksud menguraikan beberapa kebijakan pemerintah Amerika Serikat terkait penanganan krisis yang tengah menggulung perekonomian AS tersebut. Salah satu pokok pembahasan makalah ini adalah kebijakan bank sentral Amerika The Federal Reserve terkait krisis financial tersebut.
B.     KRONOLOGI SUB PRIME MORTGAGE
Subprime Mortgage merupakan kredit yang dikucurkan oleh perbankkan Amerika terhadap sector perumahan. Kredit semacam ini, di Indonesia dikenal dengan istilah Kredit Perumahan Rakyat yang di singkat KPR. Para pakar ekonom meyakini bahwa Krisis ekonomi dan keuangan AS berawal dari produk Subprime-Mortgage.
Di Amerika kredit perumahan seperti ini diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok yakni kelompok Prime Mortgage dan Sub Prime mortgage. Prime mortgage diberikan kepada peminjam yang memiliki credit history bagus dan memiliki repayment capacity (kemampuan membayar). Sedangkan Subprime mortgage diberikan kepada peminjam yang tidak memenuhi kedua persyaratan di atas.
Subprime mortgage di Amerika diberikan kepada konsumen yang memiliki kelayakan kredit kurang layak untuk mendapatkan kredit. Salah satu cara mengukur kelayakan kredit konsumen dilakukan dengan cara melihat credit score. Sistem pemberian KPR di Amerika sangat bergantung terhadap credit score yang dikeluarkan oleh perusahaan credit scoring seperti yang mengunakan metode FICO. Konsumen dapat memiliki FICO score mulai dari 300 s/d 850 tergantung dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan penyedia jasa credit score dengan melihat 5 katagori utama seperti:
1. Payment history (35%)
2. Amounts owed (30%)
3. Length of credit history (15%)
4. New credit (10%)
5. Types of credit used (10%).

Beberapa alasan fundamental, kredit Subprime mortgage diberikan kepada masyarakat adalah didasari atas asumsi bahwa :
• Kebijakan moneter yang longgar (low-interest rate)
• Aturan kepemilikan rumah yang longgar (seperti keringanan pajak rumah)
• Keyakinan bahwa harga rumah akan terus meningkat (property bubble)
• Keinginan untuk mendapat return yang sebesar-besarnya (greed)

Asumsi demikian, berakhir tatkala era suku bunga rendah di AS berakhir dan melahirkan persoalan yang di tandai dengan :
• Tingkat gagal bayar meningkat (karena debitur memang sebenarnya tidak layak mendapat KPR)
• Produk derivatif yang berbasiskan subprime-mortgage kemudian tidak bisa memberi return
• Karena produk derivatif tersebut telah menyebar ke seluruh dunia, maka krisis keuangan ini kemudian meluas

Dari hal tersebut, keberadaan nasabah pada dasarnya kurang memenuhi persyaratan. Dengan kata lain, dari aspek kelayakan penyaluran kredit kasus Subprime Mortgage tidak memenuhi persyaratan tersebut. Oleh karena itu, wajar manakala kredit perumahan di Amerika tersebut mengalami gagal bayar. Nilai kerugian dari kredit macet Subprime Mortgage diperkirakan sebesar USD 0,8 Triliun atau 38% dari total Mortgage yang mencapai USD 10,7 Triliun. Dari sini nilai kerugian Subprime Mortgage dan keberadaan transaksi derivative diperkirakan sebesar USD 23 Triliun.

C.     KEBIJAKAN PEMERINTAH
Setelah sempat melakukan penolakan, akhirnya Presiden George W Bush mensepakati untuk melakukan intervensi pasar guna menyelamatkan perekonomian AS sebagai dampak krisis Subprime Mortgage. Pada awalnya, Bush menolak melakukan intervensi, sebab dalam faham dan praktik kapitalisme, penyelesaian terhadap setiap kemelut ekonomi dan keuangan dilakukan melalui mekanisme pasar. Negara dan pemerintah tidak perlu campur tangan.
Sekitar USD 700 Miliar dana yang dipersiapkan untuk melakukan penyelamatan perekonomian AS. Di sisi lain, sebagai upaya penyelamatan kasus Subprime Mortgage seperti dilansir BBC News, Sabtu (1/9/2007) Bush mengumumkan langkahnya untuk membantu pemilik rumah yang bermasalah dalam melakukan pembayaran kreditnya. Sementara Bernanke memberikan isyarat pemotongan suku bunga The Fed untuk mendorong stabilitas pasar finansial.
Beberapa Langkah yang diambil pemerintahan Bush seperti reformasi undang-undang pajak dalam membantu keuangan debitor agar bisa mendapat pinjaman lagi. Namun Bush menegaskan pemerintah tidak akan memberikan dana talangan kepada para spekulator karena itu bukan tugas pemerintah. Sementara The Fed akan melakukan pertemuan pada 18 September 2007 mendatang yang memunculkan spekulasi The Fed akan menurunkan biaya pinjaman untuk melonggarkan masalah likuiditas di pasar finansial.
Pelaku pasar di Wall Street juga melihat Bernanke akan menaikkan suku bunga yang dapat menurunkan biaya pinjaman dan mendorong kembali pasar kredit. Pernyataan Bush dan The Fed ini telah direspons positif oleh pelaku pasar yang membuat indeks Dow Jones dan Nasdaq pada penutupan Jumat waktu AS (31/8/2007) naik masing-masing 0,9 persen dan 1,2 persen. Selain itu, Pelaku pasar turut menyambut baik pernyataan Bush yang berisikan pertama, meminta kongres untuk mensahkan UU yang memberikan keleluasan kepada Federal Housing Administration (asuransi KPR milik pemerintah AS) dalam membantu masyarakat yang kesulitan mencicil kredit perumahannya. Kedua Berjanji melakukan reformasi aturan pajak. Ketiga membantu para peminjam agar mendapat dana pinjaman lagi. Keempat memberikan pinjaman dengan syarat-syarat yang lebih ketat dan menjalankan undang-undang untuk menghentikan peminjam yang curang atau bermasalah.
Untuk meredam gejolak, Fed dan pemerintah sudah mengambil sejumlah langkah untuk memulihkan kepercayaan pasar. Selain memfasilitasi pengambilalihan lembaga keuangan yang kolaps oleh perusahaan lain, Fed juga memperluas jenis collateral (jaminan) untuk pinjaman Fed. Dengan fasilitas ini, dimungkinkan lembaga keuangan menjaminkan sahamnya untuk mendapatkan fasilitas pendanaan darurat Fed.
Pemerintah juga akan menambah jumlah surat berharga pemerintah dalam lelang berkala yang dilakukan pemerintah. Dengan tekanan, Fed juga berhasil memaksa 10 bank terbesar berkolaborasi menghimpun dana senilai 70 miliar dollar AS sebagai sumber likuiditas darurat yang bisa digunakan lembaga keuangan yang kesulitan likuiditas jangka pendek. Komisi Sekuritas dan Saham juga mengeluarkan aturan yang melarang praktik transaksi short selling.
Dalam pandangan beberapa kritikus kebijakan yang tengah berjalan ini dianggap sebagai kebijakan yang telah ketinggalan zaman. Pada September 2008, Presiden George W. Bush menyatakan: “Satu kali krisis ini dipecahkan, di sana akan ada waktu untuk memperbaharui struktur pengatur keuangan kita. Ekonomi global Abad ke-21 sebagian besar merupakan sisa aturan hukum abad ke-20 yang ketinggalan jaman. Baru-baru ini, kita telah melihat bagaimana perusahaan seseorang dapat menumbuhkan kegagalan yang sangat besar dan hal ini membahayakan sistem seluruh keuangan.”
Ahli ekonomi Robert Kuttner mengkritik pencabutan Glass-Steagall Act oleh Gramm-Leach-Bliley Act pada tahun 1999 yang di anggap berkontribusi atas terjadinya krisis subprime meltdown, walaupun ahli ekonomi lain tidak sepakat. Di sisi lain, pemerintah diharapkan untuk melakukan bailout dalam rangka menanggulangi krisis tabungan dan kridit sampai tercipta moral Hazard dan menindaki sebagai dorongan ke pemberi kredit untuk membuat risiko lebih tinggi.
Selain itu, terdapat perdebatan antara ahli ekonomi dari Komunitas reinvestasi dengan komunitas penyalur kredit mengenai keberadaan konsumen yang tidak layak mendapatkan kridit. Dari pihak bank mengakui bahwa selama tiga puluh tahun penyaluran kridit tidak mengalami peningkatan resiko. Detractors juga mengakui bahwa dengan adanya amandemen CRA pada pertengahan – 1990s, menyebabkan kenaikan sejumlah pinjaman pembelian rumah oleh konsumen yang tidak layak untuk mendapatkan pinjaman yang salah satu indikatornya adalah memiliki pendapatan rendah.
Di samping itu, lemahnya aturan sekuritas yang berkaitan produk subprime juga merupakan salah satu penyebab krisis tersebut. Sebuah study yang dilakukan oleh satu perusahaan yang sah dengan jasa keuangannya pada komunitas reinvestasi menyatakan bahwa lemahnya aturan pemeberian pinjaman dan rendahnya tingkat suku bunga merupakan faktor penting terjadinya krisis ini.
Beberapa kalangan membantah hal tersebut, terlepas dari berbagai percobaan yang dilakukan oleh pemerintah Amerika yang mengupayakan pencegahan perkembangan dari satu pasar sekunder yang dibungkus oleh penyaluran kridit beresiko tinggi. Dengan hal tersebut, Departemen keuangan dan perusahaan Pengontrol Mata Uang, meminta dengan tegas pada bank nasional untuk melaran praktek tersebut, sebab hal tersebut merupakan pelanggaran dari hokum bank pemerintah pusat (The Fed).
Di sisi lain kebijakan departemen pengelola perumahan di Amerika cenderung pada praktek penyaluran kredit yang memeiliki resiko tinggi. Pada tahun 1995, Fannie Mae dan MAC Freddie memulai pemebelian rumah dengan kredit untuk membeli kembali rumah dengan pola jaminan dari sekuritas dengan nilai yang rendah. Antara tahun 1994 sampai dengan 2003 pinjaman kredit suprime pada awal mulanya mengalami pertumbuhan sebesar 25% pertahun. Terhitung sejak bulan November 2007 Fannie Mae meraup keuntungan $ 55,9 Miliar pada asset jaminan dalam sekuritas Subprime dan $324,7 miliar dengan jaminan portofolio.
Sementara itu sejak 2008 Mac Freddie dalam laporan keuangan kuartal 2 terbeli dahan gelap mengkreditkan untuk membeli hipotek mengembalikan jaminan sekuritas yang mana meliputi pinjaman untuk peminjam pendapatan rendah. Ini dihasilkan pada pembelian para agen jaminan sekuritas subprime. Pinjaman penggadaian Subprime originations surged oleh 25% per tahun di antara 1994 dan 2003, menghasilkan pada satu hampir sepuluh lipat banyak pada volume dari pinjaman ini di baru sembilan tahun. Terhitung sejak Bulan November 2007 Fannie Mae menggenggam sebanyak $55.9 milyar jaminan sekuritas subprime dan $324.7 milyar.

D.    KONFLIK KEPENTINGAN
Gerald Driscoll, mantan wakil presiden Federal Reserve dari Dallas , menyatakan Fannie Mae dan MAC Freddie telah menjadi contoh klasik dari kapitalisme. Pemerintah mengembalikan Fannie dan Freddie mendominasi hipotek perumahan. “para Politisi yang menciptakan raksasa hipotek, merupakan salah satu setrategi politik yang berkembang saat itu dalam rangka mengambil alih perhatian pada konstiten mereka”
Pada 18 April, 2006, MAC Freddie di denda $3.8 juta, karena melakukan trik kampanye tidak sah. Hal ini merupakan betul-betul jumlah paling besar yang pernah dilakukan oleh Komisi Pengawas Pemilihan Pemerintah Pusat. Banyak terjadi praktek pengumpulan dana tidak sah yang dilakukan oleh anggota benefited dari Amerika Serikat melalui taransaksi derivatif dari produk subprime.
Dalam sebuah diskusi panel dinyatakan bahwa MAC Freddie dapat memepengaruhi kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintah yang hal ini tentunya sangat menguntungkan para politisi pendukung partai republik. Hal ini juga terjadi pada proses pembuatan undang-undang yang diupayakan menguntungkan lembaga keuangan yang bersentuhan pada industri subprime.
Pada bulan Juni 2008, dalam acara kongres Kent Conrad mendapatkan pijaman istimewa dalam penyaluran kridit perumahan. Praktek demikian adalaha suatu fakta yang terjadi dalam pertelikungan konflik kepentingan antara para politisi dengan para pemain di industru keuangan yang berbasis pada transaksi derivatif subprime.

E.     KEBIJAKAN BANK SENTRAL (THE FEDERAL RESERVE)
Bank sentral Amerika yang terkenal dengan istilah The Federal Reserve merupakan institusi yang berwenang dalam mengelola kebijakan moneter dalam Negara tersebut. Dalam kasus Subprime bank sentral Amerika cenderung melakukan aksi pembiaran terhadap transaksi derivative subprime yang berkembang di Negara tersebut. Bank sentral Amerika pada umumnya memilih bersikap reaksioner dari pada mengambil tindakan untuk memperkecil dampak subprime terhadap perekonomian Amerika yang dalam prakteknya menggunakan jaminan dari transaksi derivatif.
Kebijakan tersebut, yakni lebih bersikap reaksioner dari pada mengambil langkah preventif terhadap permasalahan subprime dengan produk derivatifnya merupakan hasil perdebatan panjang dari para ahli ekonomi Amerika dengan para otoritas moneter serta pemerintahan Bush.
Mengatasi hal demikian, The Fed akan melakukan pertemuan pada 18 September 2007. Dari agenda pertemuan tersebut di kalangan pelaku pasar muncul satu spekulasi The Fed akan menurunkan biaya pinjaman untuk melonggarkan masalah likuiditas di pasar finansial. Pelaku pasar di Wall Street juga melihat Bernanke akan menaikkan suku bunga yang dapat menurunkan biaya pinjaman dan mendorong kembali pasar kredit.
Pernyataan presiden George Bush dan The Fed ini telah direspons positif oleh pelaku pasar yang membuat indeks Dow Jones dan Nasdaq pada penutupan Jumat waktu AS (31/8/2007) naik masing-masing 0,9 persen dan 1,2 persen. Salah satu factor yang memicu terjadinya peningkatan harga rumah di Amerika adalah di karenakan oleh rendahnya tingkat suku bunga. Dari tahun 2000 sampai dengan 2003 pemerintah pusat telah menurunkan dana pemerintah dari sasaran sebesar 6,5% menjadi 1%. Bank sentral Amerika percaya bahwa tingkat keuntungan akan stabil alias aman sebab nilai angka inflasi relative rendah dan terkendali. Namun demikian Richard W. Fisher, Presiden dan CEO Federal Reserve dari Dallas, menyatakan kebijakan pemerintah yang mengambil suku bungan rendah pada akhirnya menggiring perekonomian pada keterpurukan yang terkenal dengan Housing Bubble.
Kesimpulan:
Krisis financial pada awal mulanya berangkat dari kasus kredit macet pada sector perumahan kelas tiga di Amerika atau yang lebih terkenal dengan istilah Subprime Mortgage. Transaksi derivative yang berbasiskan Subprime Mortgage pada akhirnya meluas dan melahirkan dampak global. Dalam pandangan para pakar ekonom, krisis yang sekarang terjadi jauh lebih buruk dari pada krisis 1929. Beberapa program penyelamatan di galang oleh Negara di kawasan Amerika, Eropa dan Asia. Di Amerika kejatuhan pasar saham sebagi buntut krisis tersebut, pemerintah AS menggelontorkan bailout (dana talangan) sebesar USD 700 Milliar. Beberapa kebijakan yang di ambil oleh pemerintah Amerika terkait penanganan krisis tersebut antara lain pertama, meminta kongres untuk mensahkan UU yang memberikan keleluasan kepada Federal Housing Administration (asuransi KPR milik pemerintah AS) dalam membantu masyarakat yang kesulitan mencicil kredit perumahannya. Kedua Berjanji melakukan reformasi aturan pajak. Ketiga membantu para peminjam agar mendapat dana pinjaman lagi. Keempat memberikan pinjaman dengan syarat-syarat yang lebih ketat dan menjalankan undang-undang untuk menghentikan peminjam yang curang atau bermasalah.

DAFTAR PUSTAKA
Nurfajri Budi Nugroho, Krisis Keuangan, Belajar Dari Sejarah, dalam Okezone.com, senin 13 Oktober 2008
Http://majalah.tempointeraktif.com
Djoko Subagyo, Krisis Ekonomi Keuangan Global dan Dampaknya terhadap Industri Perbankan, dalam Pertemuan Sub BMPD Kediri pada tanggal 16 Oktober 2008 dan Kuliah PPS IAIN Konsentrasi Ekonomi Islam
Sid H. Kusuma, Memahami Subprime Mortgage AS, dalam http://www.detikfinance.com Senin, 03/09/2007
Tjahja Gunawan Diredja, Kapitalisme di Amerika Sudah Mati?, Senin, 6 Oktober 2008, dalamhttp://www.kompas.com
Irna Gustia, Bush dan Fed Keluarkan Jurus Atasi Krisis Subprime Mortgage, Sabtu, 1/09/2007, dalamhttp://www.detikfinance.com


Rabu, 04 Maret 2015

Contoh Kasus Soal Kurs Jual & Kurs Beli



Nama : I Made Indra Sanjaya
NPM : 23211421
Kelas : 4EB25
Tugas : Akuntansi Internasional

KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA
Update Terakhir 4 March 2015
Mata Uang
Nilai
Kurs Jual
Kurs Beli
AUD
1.00
10,172.26
10,065.60
BND
1.00
9,556.22
9,453.93
CAD
1.00
10,417.40
10,311.80
CHF
1.00
13,551.07
13,411.67
CNY
1.00
2,117.51
2,096.38
DKK
1.00
1,952.37
1,932.60
EUR
1.00
14,553.58
14,403.20
GBP
1.00
19,996.68
19,791.98
HKD
1.00
1,679.93
1,663.06
JPY
100.00
10,879.33
10,766.28
KRW
1.00
11.88
11.75
KWD
1.00
43,954.12
43,442.24
MYR
1.00
3,584.04
3,545.35
NOK
1.00
1,688.88
1,671.16
NZD
1.00
9,838.75
9,734.12
PGK
1.00
5,028.81
4,785.16
PHP
1.00
295.62
292.60
SAR
1.00
3,473.95
3,439.10
SEK
1.00
1,573.66
1,557.39
SGD
1.00
9,556.22
9,453.93
THB
1.00
402.72
398.58
USD
1.00
13,028.00
12,898.00

Contoh Kasus :
1.      Sakti mendapatkan kiriman uang dari kakaknya di Malaysia sebesar 10.000 ringgit, uang tersebut digunakan untuk membeli sebuah  leptop sebesar USD 1.000. Berapa sisa uang Sakti saat ini ?
Jawab : MYR 10.000 x 3,545.35 (Kurs Beli) = Rp 35.453.000
      USD 1.000 x 13,028.00 (Kurs Jual) = Rp 13.028.000
Jadi, sisa uang Sakti saat ini adalah Rp. 22.425.000

2.      Nona Ayu ingin berkunjung ke Indonesia dengan membawa uang sebesar 75.000 THB. Ketika ditukar ke Bank maka uang yang didapat Nona Ayu sebesar ?
Jawab : THB 75.000 x 398.58 (Kurs Beli) = Rp. 29.893.500
Jadi, total uang yang didapat Nona Ayu sebesar Rp. 29.893.500

3.       Ira akan berlibur ke Hongkong dengan membawa uang sebesar 3000 Swiss Franc. Ketika sampai di Bank Hongkong uang yang diperoleh Ira adalah ?
Jawab : 3.000 CHF x
13,411.67 (Kurs Beli) = 40.235.010
Jadi, uang diperoleh Ira adalah 40.235.010 CHF

4.       Pak Raymond membeli sebuah rumah di Amerika dengan harga 500.000 dollar USD. Berapa Euro yang harus dibayar Pak Raymond ?
Jawab : 500.000 USD x
12,898.00 (Kurs Beli) = 6.449.000.000
6.449.000.000/
14,553.58 (Kurs Jual)  = 443.121,2
Jadi, yang harus dibayar Pak Raymond adalah 443.121,2 EUD

5.      Tuan Adi ingin membuka usaha dibidang Impor baju dari Thailand. Ia membutuhkan THB 130.000 untuk modal usahanya. Berapa rupiah yang harus ia siapkan jika mempunyai tabungan senilai 4000 $ ?
Jawab : USD 4.000 x 12,898.00 (Kurs Beli) = Rp. 51.592.000
THB 130.000 x 402.72 (Kurs Jual) = Rp. 52.353.600
Rp. 52.353.600- Rp. 51.592.000 = Rp. 761.600

6.      Tuan Indra membeli sebuah mobil di Jepang seharga ¥300.000. Berapa Rupiahkah yang tuan Indra harus dikeluarkan sedengkan ia mempunyai tabungan Rp 2.000.000.000 dan berapa sisa tabungan tuan Indra?
Jawab: Tabungan Tuan Indra = Rp 2.000.000.000
¥100.000 × 10,879.33 (Kurs Jual) =Rp 1.087.933.000
2.000.000.000 – 1.087.933.000 =  984.691.000
Jadi, Sisa uang tabungan Tuan Indra adalah sebesar Rp. 984.691.000

7.      Nana mengimpor sebuah mobil dari Australia dengan harga AUD20.000. Berapa GBP yang harus dibayar nana?
Jawab: AUD 20.000 ×10,172.26 (Kurs Jual) = Rp 203.445.200
 Rp 203.445.200 : GBP 19,996.68 (Kurs Jual) = GBP 10.173.9
Jadi, uang yang harus dibayarkan Nana sebesar GBP 10.173.9

8.      Rima ingin berlibur ke jepang ia membutuhkan ¥2000, sebelum berangkat ke jepang ia menukarkan uangnya ke money changer. Berapa Rupiahkah yang ia harus keluarkah?
Jawab: ¥2000 ×10,879.33 (K urs Jual) = Rp 21.758.660
Jadi, uang yang dibutuhkan Rima adalah sebesar Rp 21.758.660

9.      Tuan Rudi menderita sakit keras, ia harus segera dibawa ke singapura untuk berobat. Sedangkan biaya berobat yang harus dikeluarkan sebesar SGD50.000, ia mempunyai tabungan Rp 850.000.000. berapa Rupiah sisa uang tabungan Tuan Rudi ?
Jawab: Tabungan yang dimiliki = Rp. 850.000.000
SGD50.000 × 9,556.22 (Kurs Jual) = Rp. 477.811.000
Jadi, sisa uang tabungan Tuan Rudi sebesar Rp. 372.189.000

10.  Sinta membeli mobil dari Australia dengan harga AUD $20.000 dan membeli perhiasaan dari Amerika dengan harga USD $10.000. Berapa SAR yang harus dibayar sinta?
Jawab: AUD20.000 × 10,172.26 (Kurs Jual) = Rp. 203.445.200
USD10.000 × 13,028.00 (Kurs Jual) = Rp. 130.280.000
Rp 333.725.200 : SAR3,473.95 (Kurs Jual) = SAR96.065,05
Jadi, uang yang harus dibayarkan Sinta sebesar SAR96.065,05

Sumber :